Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan ASEAN Tetap Tinggi di Tengah Tantangan Global

- Jumat, 3 Maret 2023 | 17:35 WIB
Ilustrasi Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan ASEAN masih tinggi di tengah tantangan global yang cenderung melambat. (Google)
Ilustrasi Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan ASEAN masih tinggi di tengah tantangan global yang cenderung melambat. (Google)

BATAM EKBIS - Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan ASEAN tetap tinggi di tengah tantangan global dan pertumbuhan ekonomi negara-negara besar yang melambat. Kondisi ini ikut menyokong pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan Indonesia dijuluki the bright spot in the dark di tengah ketidakpastian global.

Pada 2022, ekonomi Indonesia masih bertumbuh solid sebesar 5,3 persen (yoy). Pada sisi pengeluaran, konsumsi masih memberikan kontribusi terbesar dan kinerja ekspor mampu tumbuh di angka dua digit. Sementara di sisi lapangan usaha, sektor utama masih tumbuh kuat seperti manufaktur, perdagangan, transportasi, dan infokom.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengatakan, ada dua indikator utama kinerja ekonomi Indonesia di tahun 2022. Kedua indikator itu adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi hingga 5,31 persen dan inflasi cukup terkendali di angka 5,5 persen.

"Dua hal ini yang menjadi nilai lebih kita di mata dunia dan dari survei Bloomberg, mengukur suatu negara terjadi resesi atau tidak, Indonesia relatif berada di posisi paling rendah," katanya di Rakernis PROPAM POLRI, Kamis, 2 Maret 2023.

Baca Juga: Daftar 5 Usaha dengan Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi di Kepri

Susiwijono menerangkan, berbagai leading indicator baik dari sektor riil dan eksternal, menunjukkan prospek ekonomi ke depan berada di level yang baik. Hal ini tercermin dari nilai IKK yang masih optimis, PMI Manufaktur yang konsisten ekspansif, neraca perdagangan yang masih menunjukkan tren surplus selama 33 bulan berturut-turut, dan rasio utang luar negeri terhadap PDB yang masih dalam level aman.

Namun, pemerintah tetap waspada dan antisipatif dalam menghadai risiko ke depan, sebab pertumbuhan global diperkirakan masih melambat di 2023. Hal ini terjadi karena berbagai risiko seperti ketidakpastian tensi geopolitik, potensi terjadinya extreme weather, tingginya tingkat suku bunga, dan kebijakan fiskal yang relatif sempit.

Sehingga, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global melambat dari 3,4 persen pada tahun 2022 menjadi 2,9 persen pada 2023. Di 2023, Susiwijono optimis ekonomi Indonesia akan tetap tangguh di tengah risiko perlambatan global.

Dengan mulai dibukanya PPKM, diharapkan mobilitas masyarakat terus meningkat. Begitu juga berbagai kenaikan investasi dan perbaikan demand global.

Baca Juga: MbEX23 Jadi Ajang Pengusaha Malaysia Pamerkan Produk Ekonomi Kreatif dan Pariwisata di Batam

"Dan yang paling penting, Bapak Presiden terus mendorong hilirisasi sumber daya alam, pelarangan ekspor sumber daya alam, surplus Neraca Pembayaran dan Neraca Perdagangan, memanfaatkan bonus demografi, digitalisasi," katanya.

Dengan puncak bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini dan hanya dapat dirasakan satu kali dalam setiap sejarah suatu bangsa, Pemerintah mendorong untuk memanfaatkan kesempatan tersebut agar dapat keluar dari middle income trap dan menjadi negara sejahtera (high income).

"Pemerintah akan fokus dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inflasi yang terkendali, ini harus bisa gunakan untuk menciptakan lapangan kerja karena jumlah usia produktif lebih banyak dibandingkan usia non produktif. Kita harus menurunkan tingkat kemiskinan dengan berbagai program yang sedang kita jalankan, serta meningkatkan kualitas SDM,” katanya.***

Editor: Zaki Setiawan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

7 Produk Happycall Terlaris 2023

Minggu, 26 Februari 2023 | 13:16 WIB

Terpopuler

X